ABOUT US

Fanny Budiman

Franciska
Twitter : @mfciska

Mia Amalia
Twitter : @miiamalia

Muhammad Saiful Anwar
Twitter : @anwrsaiful

Devi Ahmalia
Twitter : @deviahmaliahadi

Erliza Rizky
Twitter : @erlizaqkay

Apa itu Scrum?
Scrum adalah sebuah kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang senantiasa berubah, di saat yang bersamaan, menghasilkan produk bernilai tinggi dengan kreatif & produktif. ~ Scrum Guide (Juli 2013), Ken & Jeff.
Kerangka Kerja vs Metodologi
Kerangka kerja kurang bersifat preskriptif. Metodologi lebih seperti obat yang hampir bisa dipastikan efektifitasnya jika diminum. Itu karena metodologi amat detail dalam mengatur orang-orang di dalamnya. Kerangka kerja, kebalikannya, hanya menjadi kerangka yang memberikan banyak ruang untuk improvisasi.
Scrum Guide hanya setebal 17 halaman. Sebagai pembanding PMBOK memiliki tebal 459 halaman. Hal ini jugalah yang menjadi alasan kenapa kesuksesan Scrum terkait erat dengan seberapa orang-orang di dalamnya bisa memiliki mindset Agile, juga terbiasa dengan praktik-praktik Agile.
Keuntungan kerangka kerja adalah dia lebih fleksibel untuk menangani banyak hal yang belum terprediksi, kompatibel terhadap berbagai macam praktik-praktik wajib yang berbeda-beda di tiap organisasi, dan mendorong SDM di dalamnya untuk menjadi pribadi yang dewasa. 
Permasalahan Kompleks vs Permasalahan Non-kompleks
Yang menyebabkan sebuah masalah menjadi kompleks adalah banyaknya hal-hal yang belum diketahui. Masalah yang tidak kompleks adalah yang solusinya mudah untuk ditemukan, dan kita cukup yakin kalau solusi tersebut akan berkerja.
Membangun software seringkali merupakan masalah yang kompleks. Karena mayoritas software di lapangan adalah barang yang abstrak. Pemilik proyek pengembangan sebuah software sering kali belum tahu apa yang dia butuhkan di inisiasi proyek. Di tengah pembuatan software, seringkali pemilik proyek berubah pikiran tentang software yang dia mau. Ini belum berakhir, ketika dilempar ke pasaran, asumsi-asumsi yang dipegang si pemilik proyek masih memiliki kemungkinan untuk salah. Sehingga software tersebut kurang laku di pasaran.
Hal-hal yang tidak bisa diprediksi inilah yang akan ditangani oleh Scrum.
Juga berlaku sebaliknya, untuk software yang sudah jelas, dapat digambarkan dengan lengkap di awal, dan memiliki peluang komplain user yang amat kecil, software seperti ini tidak perlu dikembangkan dengan Scrum. Implementasi Scrum akan menambah biaya adaptasi, sementara keluarannya tidak akan terlampau beda.
Produk Bernilai Tinggi
Seperti yang disinggung di poin sebelumnya, respon pasar adalah salah satu hal yang sulit sekali diprediksi. Hal ini adalah hukum alam yang mencakup di semua lingkup bisnis, khususnya bisnis teknologi.
Scrum menangani ketidakpastian ini dengan menyusun urutan-urutan potongan-potongan pekerjaan berdasarkan nilai bisnisnya. Sesuatu yang memiliki nilai bisnis paling tinggi akan fokus dieksekusi terlebih dahulu. Disebut fokus karena ditargetkan dalam sebuah unit waktu kecil bernama ‘Sprint’—maksimum satu bulan. Selepas dari sprint ini, apa yang selesai dikerjakan bisa langsung dicoba ke pasar, dan respon pasar dapat segera dilihat, dan menjadi masukan untuk arahan bisnis ke depan.
Perlu digaris bawahi: hal diatas dilakukan secara rutin dan berulang-ulang. Didesain untuk menjadimindset. Pengembangan software yang menggunakan Scrum, akan terus terkait erat dengan apa yang menurut user bernilai tinggi.
Kreatif
Di setiap akhir Sprint selalu ada sesi wajib khusus untuk membahas peningkatan performa tim di Sprint ke depan. Meski tim mungkin bisa saja puas dengan kondisi Sprint sebelumnya, tetap diinvestasikan waktu khusus untuk memikirkan hal baru apa yang berpotensi untuk dicoba dan membawa peningkatan.
Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga menumbuhkan mindset continuous improvement.
Produktif
Ada banyak hal dari Scrum yang ujung-ujungnya menunjukan peningkatan produktifitas dari semua pihak. Namun singkatnya bisa terangkum ke hal berikut:
Dalam Scrum, developer akan sulit untuk idle. Tapi juga sulit untuk lembur.
Bisa sulit untuk idle karena developer diarahkan untuk menjadi dewasa dan secara mandiri berinisiatif mengerjakan pekerjaan yang dia bisa tangani. Di sisi lain, di Scrum, developer dituntut untuk terus menyeragamkan kemampuan teknisnya, meski setiap orang tentu memiliki spesialisasi masing-masing. Dengan begini, saat pengembangan berlangsung, setiap orang bisa berkerja bahu-membahu.
Sulit untuk lembur karena setiap kali pengerjaan, fokus developer hanyalah pada bagian-bagian yang disepakati dikerjakan di Sprint. Di mana jumlahnya sendiri diestimasi bisa dikerjakan dengan jam kerja normal. Kalau sudah bisa kerja dengan manajemen yang baik dari awal, kenapa harus lembur menjelang deadline?


Dengan menggunakan Scrum, tim kami lebih mudah berkerjasama, membagi tugas, mempercepat penyelsaian backlog, pekerjaan yang dilakukan oleh tim juga lebiih terarah dan bisa diselesaikan dengan tepat waktu. Scrum memudahkan tim kami dalam mencapai tujuan tugas yang diberikan dan membantu kami dalam mengeveluasi hasil kerja kelompok kami. Dari hasil evaluasi tersebut, bermunculan ide – ide baru dan perbaikan kekurangan yang kami alami di sprint – sprint sebelumnya. Komunikasi yang sangat penting bagi kerjasama tim juga berkembang lewat teknik Scrum, karena kami menjadi lebih paham akan kebutuhan masing – masing tim satu sama lain dan saling membantu jika ada anggota yang kesulitan.


Go to Contact Page

n4tsum3

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment