Fanny Budiman
Email : fannybudiman@hotmail.com
Blog : kamusemut@blogspot.com
Franciska
Twitter : @mfciska
Email : mfranciska11@gmail.com
Blog : kamusemut@blogspot.com
Mia Amalia
Twitter : @miiamalia
Email : miaamaliapratiwi@yahoo.com
Blog : kamusemut@blogspot.com
Muhammad Saiful
Anwar
Twitter :
@anwrsaiful
Email : mochsaifulanwar20@gmail.com
Blog : kamusemut@blogspot.com
Devi Ahmalia
Twitter :
@deviahmaliahadi
Email : ahmalia_devi@yahoo.co.id
Blog : kamusemut@blogspot.com
Erliza Rizky
Twitter :
@erlizaqkay
Email : erliza_kikey@yahoo.co.id
Blog : kamusemut@blogspot.com
Apa itu
Scrum?
Scrum adalah sebuah kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang senantiasa berubah, di
saat yang bersamaan, menghasilkan produk
bernilai tinggi dengan kreatif & produktif. ~
Scrum Guide (Juli 2013), Ken & Jeff.
Kerangka Kerja vs Metodologi
Kerangka kerja kurang bersifat preskriptif. Metodologi lebih
seperti obat yang hampir bisa dipastikan efektifitasnya jika diminum. Itu
karena metodologi amat detail dalam mengatur orang-orang di dalamnya. Kerangka
kerja, kebalikannya, hanya menjadi kerangka yang memberikan banyak ruang untuk
improvisasi.
Scrum Guide hanya setebal 17 halaman. Sebagai
pembanding PMBOK memiliki tebal 459
halaman. Hal ini jugalah yang menjadi alasan kenapa kesuksesan Scrum
terkait erat dengan seberapa orang-orang di dalamnya bisa memiliki mindset
Agile, juga terbiasa dengan praktik-praktik Agile.
Keuntungan kerangka kerja adalah dia lebih fleksibel untuk
menangani banyak hal yang belum terprediksi, kompatibel terhadap berbagai macam
praktik-praktik wajib yang berbeda-beda di tiap organisasi, dan mendorong SDM
di dalamnya untuk menjadi pribadi yang dewasa.
Permasalahan Kompleks vs Permasalahan Non-kompleks
Yang menyebabkan sebuah masalah menjadi kompleks adalah
banyaknya hal-hal yang belum diketahui. Masalah yang tidak kompleks adalah yang
solusinya mudah untuk ditemukan, dan kita cukup yakin kalau solusi tersebut
akan berkerja.
Membangun software seringkali merupakan masalah yang kompleks.
Karena mayoritas software di lapangan adalah barang yang abstrak. Pemilik
proyek pengembangan sebuah software sering kali belum tahu apa yang dia
butuhkan di inisiasi proyek. Di tengah pembuatan software, seringkali pemilik
proyek berubah pikiran tentang software yang dia mau. Ini belum berakhir,
ketika dilempar ke pasaran, asumsi-asumsi yang dipegang si pemilik proyek masih
memiliki kemungkinan untuk salah. Sehingga software tersebut kurang laku di
pasaran.
Hal-hal yang tidak bisa diprediksi inilah yang akan ditangani
oleh Scrum.
Juga berlaku sebaliknya, untuk software yang sudah jelas, dapat
digambarkan dengan lengkap di awal, dan memiliki peluang komplain user yang
amat kecil, software seperti ini tidak perlu dikembangkan dengan Scrum.
Implementasi Scrum akan menambah biaya adaptasi, sementara keluarannya tidak
akan terlampau beda.
Produk Bernilai Tinggi
Seperti yang disinggung di poin sebelumnya, respon pasar adalah
salah satu hal yang sulit sekali diprediksi. Hal ini adalah hukum alam yang
mencakup di semua lingkup bisnis, khususnya bisnis teknologi.
Scrum menangani ketidakpastian ini dengan menyusun urutan-urutan
potongan-potongan pekerjaan berdasarkan nilai bisnisnya. Sesuatu yang memiliki
nilai bisnis paling tinggi akan fokus dieksekusi terlebih dahulu. Disebut fokus
karena ditargetkan dalam sebuah unit waktu kecil bernama ‘Sprint’—maksimum satu
bulan. Selepas dari sprint ini, apa yang selesai dikerjakan bisa langsung
dicoba ke pasar, dan respon pasar dapat segera dilihat, dan menjadi masukan
untuk arahan bisnis ke depan.
Perlu digaris bawahi: hal diatas dilakukan secara rutin dan
berulang-ulang. Didesain untuk menjadimindset.
Pengembangan software yang menggunakan Scrum, akan terus terkait erat dengan
apa yang menurut user bernilai
tinggi.
Kreatif
Di setiap akhir Sprint selalu ada sesi wajib khusus untuk
membahas peningkatan performa tim di Sprint ke depan. Meski tim mungkin bisa
saja puas dengan kondisi Sprint sebelumnya, tetap diinvestasikan waktu khusus
untuk memikirkan hal baru apa yang berpotensi untuk dicoba dan membawa
peningkatan.
Hal ini dilakukan secara berulang-ulang hingga menumbuhkan mindset continuous
improvement.
Produktif
Ada banyak hal dari Scrum yang ujung-ujungnya menunjukan
peningkatan produktifitas dari semua pihak. Namun singkatnya bisa terangkum ke
hal berikut:
Dalam Scrum, developer akan sulit untuk idle. Tapi juga sulit
untuk lembur.
Bisa sulit untuk idle karena developer
diarahkan untuk menjadi dewasa dan secara mandiri berinisiatif mengerjakan
pekerjaan yang dia bisa tangani. Di sisi lain, di Scrum, developer dituntut
untuk terus menyeragamkan kemampuan teknisnya, meski setiap orang tentu
memiliki spesialisasi masing-masing. Dengan begini, saat pengembangan berlangsung,
setiap orang bisa berkerja bahu-membahu.
Sulit untuk lembur karena setiap kali pengerjaan, fokus
developer hanyalah pada bagian-bagian yang disepakati dikerjakan di Sprint. Di
mana jumlahnya sendiri diestimasi bisa dikerjakan dengan jam kerja normal.
Kalau sudah bisa kerja dengan manajemen yang baik dari awal, kenapa harus
lembur menjelang deadline?
Dengan
menggunakan Scrum, tim kami lebih mudah berkerjasama, membagi tugas,
mempercepat penyelsaian backlog, pekerjaan yang dilakukan oleh tim juga lebiih
terarah dan bisa diselesaikan dengan tepat waktu. Scrum memudahkan tim kami
dalam mencapai tujuan tugas yang diberikan dan membantu kami dalam mengeveluasi
hasil kerja kelompok kami. Dari hasil evaluasi tersebut, bermunculan ide – ide
baru dan perbaikan kekurangan yang kami alami di sprint – sprint sebelumnya.
Komunikasi yang sangat penting bagi kerjasama tim juga berkembang lewat teknik
Scrum, karena kami menjadi lebih paham akan kebutuhan masing – masing tim satu
sama lain dan saling membantu jika ada anggota yang kesulitan.
Go to Contact Page
No comments:
Post a Comment